1.
Pendahuluan
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB
merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Berikut
adalah beberapa konsep pendapatan nasional
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk
domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini,
termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.
Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan
penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat
bruto/kotor.
Pendapatan
nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional)
selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan
Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat
diperoleh dari NNP dikurang pajak
tidak langsung. Yang
dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan
perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran
dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga
utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan
perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang
dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah
laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu
misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang
dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk
dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan
yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap
untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini
diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak
langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
Kegunaan
Statistik Pendapatan Nasional
Data
pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari
data ini antara lain adalah :
1.
PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan
sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2.
PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk
dinikmati oleh penduduk suatu negara.
3.
PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.
4.
Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.
Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
suatu negara.
5.
PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan
jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
luar negeri.
6.
Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan
dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
7.
PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur
laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
8.
PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDB dan PNB per kepala atau per satu orang penduduk.
9.
PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
2.
Defenisi PDB
Produk
Domestik Bruto adalah disingkat (PDB) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Dalam kamus
KBBI, bruto diartikan sebagai nilai kotor (tentang berat, gaji, hasil
keuntungan, dan pendapatan).
Dalam kamus Wikipedia,
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi
di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB
berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi
dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung
total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu
dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya,
PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB
Nominal merujuk
kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil
<--(atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan)--> mengoreksi angka PDB
nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat
dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran
adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan
oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
Sementara
pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah
pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara
teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama. Namun karena dalam praktik menghitung PDB dengan pendekatan
pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran.
3.
PDB dan Perbandingannya antar Negara
PDB negara
yang berbeda dapat dibandingkan dengan menukar nilainya dalam mata uang lokal
menurut:
·
nilai tukar mata uang saat ini: PDB dihitung sesuai dengan nilai tukar yang sedang
digunakan dalam pasar mata uang internasional, atau
·
nilai tukar keseimbangan kemampuan berbelanja: PDB dihitung sesuai keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP) setiap mata uang relatif
kepada standar yang telah ditentukan (biasanya dolar AS).
Peringkat
relatif negara-negara dapat berbeda jauh antara satu metode dengan metode
lainnya.
4.
PDB per-kapita
Penyajian
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB) dari berbagai
sektor dirinci menurut nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi, yang mencakup
sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas dan air, konstruksi,
perdagangan, pengangkutan, lembaga keuangan, dan jasa-jasa. Sedangkan PDB dan
PNB menurut penggunaan dirinci menurut komponen pengeluaran konsumsi rumah
tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,
perubahan stok, dan ekspor neto.
PDB dan PNB sangat diperlukan untuk menentukan besarnya pendapatan per kapita (per
capita income). Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diterima oleh
setiap penduduk dalam suatu negara selama kurun waktu setahun, atau ditentukan
oleh besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
“Perkembangan
ekonomi dihitung berdasarkan Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah
kemerdekaan, PDB baru mulai diestimasi pada tahun 1950.”
Untuk dapat
mengetahui perkembangan PDB per kapita, berikut ini disajikan data PDB per
kapita dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2005.
Tinggi
rendahnya PDB atau PNB dan pendapatan per kapita suatu negara oleh Bank Dunia
dikelompokkan ke dalam empat kelompok berdasarkan pendapatan per kapita pada
tahun 2003, yaitu sebagai berikut.
1.
Kelompok
negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu negara-negara yang
memiliki PNB per kapita sekitar US$ 675 atau kurang.
2.
Kelompok
negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income economies), yaitu
negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 675 sampai dengan US$
2.695.
3.
Kelompok
negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income economies), yaitu
negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 2.696 sampai dengan US$
8.335.
4.
Kelompok
negara berpendapatan tinggi (hight income economies), yaitu negara-negara yang
mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 8.335 atau lebih.
Pendapatan
per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau
dalam dolar Amerika Serikat. Dengan cara demikian kita dapat membandingkan
pendapatan per kapita suatu negara dengan negara lain, terutama negara-negara
sekitar yang berdekatan, misalnya Indonesia di antara negara-negara ASEAN.
Perbandingan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kedudukan negara yang
bersangkutan di antara negara-negara lain.
Umumnya
negara yang masih berkembang mempunyai pendapatan per kapita yang rendah.
Rendahnya pendapatan per kapita pada negara yang sedang berkembang dikarenakan
beberapa hal sebagai berikut.
1.
Tingkat
pendidikan yang rendah, sehingga pengetahuan yang diperoleh sedikit.
2.
Keterampilan
dan kecakapan yang rendah, sehingga kekurangan tenaga ahli.
3.
Modal
yang dimiliki relatif sedikit.
4.
Kekurangan
akan sumber alam.
5.
Kemalasan
dan ketidakdisiplinan seseorang.
6.
Sikap
yang tidak mendorong berproduksi.
Dibandingkan
dengan Malaysia dan Thailand, negara kita tertinggal jauh. Pada tahun 2004
pendapatan per kapita negara kita US$ 900, sementara Malaysia US$ 3.900. Jika
ekonomi kita tumbuh 5% setahun, 25 tahun lagi negara kita baru setara Malaysia
saat ini.
5.
PDB di Indonesia
Antara tahun
1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh dengan persentase rata-rata per
tahunnya hampir tujuh persen. Pencapaian ini memampukan perekonomian Indonesia
bertumbuh dari peringkat ‘negara berpendapatan rendah’ menjadi ‘negara
berpendapatan menengah ke bawah’. Kendati begitu, Krisis Finansial Asia yang
meletus pada akhir tahun 1990-an mengakibatkan dampak sangat negatif untuk
perekonomian Indonesia, menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB)
sebesar 13,6% pada tahun 1998 dan pertumbuhan yang terbatas pada 0,3% di 1999.
Antara periode 2000-2004, pemulihan ekonomi terjadi dengan rata-rata
pertumbuhan PDB pada 4,6% setiap tahunnya. Setelah itu, pertumbuhan PDB
berakselerasi (dengan pengecualian pada tahun 2009 waktu, akibat guncangan dan
ketidakjelasan finansial global, pertumbuhan PDB Indonesia jatuh menjadi 4,6%,
sebuah angka yang masih mengagumkan) dan memuncak pada 6,5% di 2011. Kendati
begitu, setelah 2011 ekspansi perekonomian Indonesia mulai sangat melambat.
Bagian ini mendiskusikan
performa perekonomian Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di Asia
Tengagra, sejak akhir 2000-an dan menyorot dengan lebih spesifik pada
perlambatan perekonomian yang terjadi sejak 2011. Untuk analisisi pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada Pemerintahan Orde Baru atau analisis sebab dan akibat
Krisis Finansial Asia, klik tautan-tautan di atas.
Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB):
|
Rata-rata
Pertumbuhan PDB (%)
|
1998 – 1999
|
- 6.65
|
2000 – 2004
|
4.60
|
2005 – 2009
|
5.62
|
2010 – 2014
|
5.80
|
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
PDB
(dalam milyar USD)
|
364.6
|
332.2
|
510.2
|
539.6
|
755.1
|
893.0
|
917.9
|
910.5
|
888.5
|
PDB
(perubahan % tahunan)
|
5.5
|
6.3
|
6.0
|
4.6
|
6.2
|
6.2
|
6.0
|
5.6
|
5.0
|
PDB per Kapita
(dalam USD)
|
1,590
|
1,861
|
2,168
|
2,263
|
3,125
|
3,648
|
3,701
|
3,624
|
3,492
|
Sumber: Bank Dunia
Tampak dalam
tabel di atas bahwa penurunan perekonomian global yang disebabkan oleh krisis
finansial global di akhir 2000-an memiliki dampak yang relatif kecil pada
perekonomian Indonesia dibandingkan dengan dampak yang dialami negara-negara
lain. Pada tahun 2009, pertumbuhan PDB Indonesia turun menjadi 4,6%, yang
berarti bahwa performa pertumbuhan PDB negara ini merupakan salah satu yang
terbaik di seluruh dunia (dan memiliki peringkat tertinggi ketiga di antara
negara-negara dengan perekonomian besar yang tergabung di dalam grup G-20).
Meskipun
terjadi penurunan tajam harga-harga komoditi, turunnya pasar saham, yield
obligasi domestik dan internasional yang lebih tinggi, dan melemahnya nilai
tukar rupiah, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh dengan layak.
Kesuksesan ini terutama disebabkan oleh pengaruh ekspor Indonesia yang relatif
terbatas terhadap perekonomian nasional, terjaganya kepercayaan pasar yang
tinggi, dan berlanjutnya konsumsi domestik yang subur. Konsumsi domestik di
Indonesia (terutama konsumsi pribadi) berkontribusi untuk sekitar 55% dari
total pertumbuhan ekonomi negara ini.
Pada tahun
2010, Bank Dunia melaporkan bahwa karena suburnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia, setiap tahunnya sekitar 7 juta penduduk Indonesia masuk dalam kelas
menengah negara ini. Di 2012, jumlah penduduk kelas menengah Indonesia mencapai
sekitar 75 juta orang (dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 240 juta
orang) dan perusahaan penelitian seperti Boston Consulting Group (BCG) dan
McKinsey menyatakan bahwa kelompok kelas menengah ini akan bertambah kira-kira
dua kali lipat pada tahun 2020-2030. Meskipun pertumbuhan penduduk kelas
menengah telah berkurang karena perlambatan perekonomian negara ini yang
terjadi setelah 2011, Indonesia memiliki kekuatan konsumen yang mendorong
perekonomian dan telah secara signifikan memicu pertumbuhan investasi domestik
dan asing sejak 2010.
Kendati
begitu, setelah memuncak di 2011, pertumbuhan PDB Indonesia mulai melambat. Ada
beberapa faktor yang menjelaskan perlambatan ekonomi ini:
•
Pertumbuhan Ekonomi Global yang Lambat: Fokus pada Republik Rakyat Tiongkok
(RRT)
Setelah
mengalami rebound dari resesi global yang besar (2007-2009), laju pertumbuhan
ekonomi di seluruh dunia menurun pada periode 2010-2014. Yang paling
menyebabkan kekuatiran adalah semakin menurunnya laju pertumbuhan perekonomian RRT.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini bertumbuh 7,3% pada
basis year-on-year (y/y) di 2014, level terendah dalam 24 tahun terakhir.
Menurunnya ekspansi perekonomian di RRT segera memberikan dampak pada Indonesia
karena kedua negara adalah mitra dagang yang penting (RRT berkontribusi untuk
hampir sepersepuluh dari total ekspor Indonesia). Diperkirakan bahwa untuk
setiap penurunan 1% dari pertumbuhan PDB RRT, ekspansi perekonomian Indonesia
akan berkurang 0,5%.
• Menurunnya
Harga-Harga Komoditi
Perlambatan
ekonomi global baru-baru ini (dan terutama perlambatan ekonomi RRT) menyebabkan
penurunan harga-harga komoditi ke level yang rendah selama bertahun-tahun.
Sebagai negara eksportir komoditi yang besar (dan kekurangan industri hilir
yang berkembang baik), performa ekspor Indonesia sangat terpengaruh saat harga
komoditi (seperti batubara dan minyak sawit mentah) rendah. Rendahnya harga
komoditi-komiditi tidak hanya disebabkan oleh permintaan global yang lebih
lemah namun juga karena kelebihan suplai. Pada masa boom komoditi di tahun
2000-an dan setelah resesi besar yang terjadi di ahir 2000-an (ketika
institusi-institusi seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund
menerbitkan proyeksi pertumbuhan global yang terlalu optimis) banyak perusahaan
memasuki sektor komoditi - atau perusahaan-perusahaan komoditi yang telah ada
berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi - dan menyebabkan timbunan
suplai sehingga menekan turun harga komoditi.
Bloomberg Commodities Index
• Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia yang Tinggi
Tingkat
suku bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi
pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank
Indonesia) meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate) dari level terendah dalam
sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75%
di akhir 2014. Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka
melawan inflasi yang tinggi (yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi
bahan bakar), mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar saat ini, dan
mendukung rupiah yang telah dibebani oleh tekanan-tekanan berat karena
pengetatan moneter di Amerika Serikat (karena itu, Bank Indonesia lebih memilih
stabilitas finansial dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi).
Capital outflows besar-besaran dari negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia, terjadi di sebagian besar waktu di tahun 2013 karena ancaman
penurunan program pembelian obligasi senilai 85 miliar dollar Amerika Serikat
(AS) setiap bulannya (quantitative easing AS). Pada tahun 2015, capital
outflows dari negara-negara berkembang muncul kembali karena dunia sedang
bersiap-siap untuk suku bunga AS yang lebih tinggi.
•
Perpolitikan di Indonesia
Tahun
2014 adalah ‘tahun politik’ untuk Indonesia karena negara ini mengorganisir
pemilihan-pemilihan legislatif dan presiden. Pemilihan-pemilihan ini pada
dasarnya adalah pertarungan antara Joko Widodo yang didukung PDI-P (calon
favorit pasar karena berpola pikir pembaharuan) dan Prabowo Subianto yang
didukung Gerindra (mantan jenderal angkatan bersenjata yang kontroversial dan
juga mantan menantu Suharto). Meskipun pemilihan-pemilihan ini diprediksi akan
memberikan kemenangan yang mudah untuk Widodo, hal ini ternyata berubah menjadi
pertarungan sengit (dan bahkan membutuhkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk
mengkonfirmasi hasil dari Pemilihan Presiden). Selama sekitar lima bulan, tahun
2014 dilanda oleh ketidakjelasan politik (karena pemilihan-pemilihan ini) dan mengakibatkan
perlambatan realisasi investasi, dan karenanya mengurangi ekspansi perekonomian
negara ini.
Sejalan
dengan UU Pertambangan 2009, Indonesia mengimplementasikan larangan ekspor
biji-biji mineral pada Januari 2014. Meskipun larangan ini tidak segera
dilaksanakan sepenuhnya (beberapa penambang bisa melanjutkan ekspor biji-biji
mineral bila mereka berkomitmen untuk mendirikan fasilitas-fasilitas smelter
domestik) dan walau tujuan kebijakan baru ini baik (mengurangi ketergantungan
negara ini pada harga-harga komoditi yang sangat tidak stabil), hal ini juga
menyebabkan pengurangan performa ekspor.
Isu
politik lain yang menghambat ekspansi perekonomian Indonesia adalah belanja
Pemerintah yang lambat. Karena halangan pita merah (birokrasi berlebihan) dan koordinasi
yang lemah antar institusi pemerintahan (baik di level pusat maupun regional),
belanja Pemerintah tetap lambat. Karena perlambatan global, para analis
memiliki harapan-harapan yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur oleh
Pemerintah untuk mendongkrak daya saing negara ini, pasar pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi. Meskipun begitu, tumpukan besar dari dana yang
dialokasikan tetap belum digunakan.
Pertumbuhan
PDB Indonesia per Kuartal 2009–2015 (perubahan % tahunan):
Tahun
|
Quarter I
|
Quarter II
|
Quarter III
|
Quarter IV
|
2015
|
4.72
|
4.67
|
4.74
|
5.04
|
2014
|
5.14
|
5.03
|
4.92
|
5.01
|
2013
|
6.03
|
5.81
|
5.62
|
5.72
|
2012
|
6.29
|
6.36
|
6.17
|
6.11
|
2011
|
6.45
|
6.52
|
6.49
|
6.50
|
2010
|
5.99
|
6.29
|
5.81
|
6.81
|
2009
|
4.60
|
4.37
|
4.31
|
4.58
|
Sumber:
BPS
Proyeksi
Masa Depan untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Proyeksi
masa depan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif namun telah
direvisi ke bawah oleh semua organisasi-organisasi internasional dan juga
Pemerintah Indonesia karena ketidakjelasan global yang berkelanjutan.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
berjangka waktu dari 2011-2025 dan yang mendesain enam wilayah sebagai
koridor-koridor ekonomi utama, bertujuan untuk menempatkan Indonesia di dalam
salah satu dari 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2025.
Masterplan ini mengimplikasikan investasi-investasi besar untuk infrastruktur -
hal yang telah menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia - dan seharusnya
menghasilkan pertumbuhan PDB yang mencapai 8% atau 9% setiap tahunnya. Kendati
begitu, rata-rata pertumbuhan ini tampaknya terlalu ambisius untuk waktu dekat.
Institusi-institusi berwenang internasional (Bank Dunia, IMF dan Bank
Pembangunan Asia) memproyeksi pertumbuhan PDB tahunan Indonesia dalam cakupan
4,5% sampai 5,5% di periode 2015-2016. Organisasi-organisasi ini menekankan
bahwa reformasi politik dan ekonomi yang cukup dikombinasikan dengan
investasi-investasi yang besar dalam infrastruktur adalah bumbu-bumbu penting
untuk mendongkrak pertumbuhan.
PDB
per kapita Indonesia dan Distribusi Pendapatan yang Tidak Setara
PDB per
kapita Indonesia telah naik tajam selama satu dekade terakhir (lihat tabel di
atas) kendati hal ini telah melemah selama dua tahun terakhir karena
perlambatan ekonomi. Meskipun begitu, bisa dipertanyakan apakah PDB per kapita
adalah alat ukur yang layak untuk Indonesia karena penduduk Indonesia memiliki
karekteristik ketidaksetaraan yang tinggi dalam distribusi pendapatan. Dengan
kata lain, ada kesenjangan antara statistik dan kenyataan karena kekayaan
43.000 orang terkaya di Indonesia (yang mewakili hanya 0,02% dari total
penduduk Indonesia) setara dengan 25% PDB Indonesia. Kekayaan 40 orang terkaya
di Indonesia setara dengan 10,3% PDB (yang merupakan jumlah yang sama dengan
kombinasi harta milik 60 juta orang termiskin di Indonesia). Angka-angka ini
mengindikasikan konsentrasi kekayaan yang besar untuk kelompok elit yang kecil.
Terlebih lagi, kesenjangan distribusi pendapatan ini diperkirakan akan
meningkat di masa mendatang.
PDB per
kapita Indonesia telah meningkat secara stabil pada tahun 2000-an dan
setelahnya. Pada awalnya, Bank Dunia memproyeksikan Indonesia akan mencapai
batasan 3.000 dollar AS pada tahun 2020 namun negara ini telah mencapai level
ini satu dekade lebih awal. Mencapai level PDB per kapita sebesar 3.000 dollar
AS dianggap sebagai langkah yang penting sebab hal ini seharusnya menyebabkan
percepatan pengembangan di sejumlah sektor (seperti retail, otomotif, properti)
karena permintaan konsumen yang meningkat, dan karenanya menjadi katalis
pertumbuhan ekonomi.
Komposisi
PDB Indonesia: Pertanian, Industri dan Jasa
Tabel di
bawah ini menunjukkan perkembangan luar biasa komposisi PDB Indonesia.
Indonesia berubah dari negara yang perekonomiannya sangat bergantung pada
pertanian menjadi negara yang perekonomiannya lebih seimbang, di mana sektor
manufaktur (sejenis industri) kini lebih dominan daripada sektor pertanian. Hal
ini juga menyiratkan bahwa Indonesia mengurangi ketergantungan tradisionalnya
pada sektor ekspor primer. Kendati begitu, perlu dicatat bahwa semua sektor
utama ini mengalamai ekspansi selama periode yang disebutkan.
|
1965
|
1980
|
1996
|
2010
|
Pertanian
|
51%
|
24%
|
16%
|
15%
|
Industri
|
13%
|
42%
|
43%
|
47%
|
Jasa
|
36%
|
34%
|
41%
|
38%
|
Sumber:
Bank Dunia dan CIA World Factbook
Diasumsikan
bahwa sektor industri akan memperkuat bagiannya dalam PDB dengan mengurangi
bagian sektor agrikultur dan jasa karena manufaktur saat ini adalah sektor
paling populer di Indonesia dalam konteks investasi asing langsung. Terlebih
lagi, untuk industri-industri inovatif tertentu, Pemerintah Indonesia memberikan
insentif-insentif pajak, sementara industri-industri pengolahan hilir telah
dikembangkan di sektor pertambangan melalui UU Pertambangan 2009.
Salah satu
karakteristik yang menonjol dari Indonesia adalah bahwa bagian barat negara ini
memiliki kontribusi pertumbuhan PDB yang secara signifikan lebih besar. Jawa
(terutama area Jabodetabek) dan Sumatra, bersama-sama, berkontribusi untuk
lebih dari 80% total PDB Indonesia. Alasan utama untuk situasi ini adalah
bagian barat Indonesia berlokasi dekat dengan Singapura dan Malaysia. Ketiga
negara ini dalam perjalanan sejarah telah berfungsi sebagai pusat aktivitas
ekonomi di Asia Tenggara. Sementara itu, bagian Timur Indonesia, terletak dalam
jalur perekonomian yang lebih sepi dan berpenduduk jauh lebih sedikit.
PDB
Indonesia dalam Perspektif Global
Tabel di
bawah ini menunjukkan PDB Indonesia per kapita dan PDB riil dan
membandingkannya dengan dua kekuatan ekonomi penting dunia: Amerika Serikat
(AS) dan Cina.
|
PDB per Kapita (USD)
|
Pertumbuhan PDB Riil (%)
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
AS
|
49,781
|
51,457
|
52,980
|
54,630
|
1.6
|
2.3
|
2.2
|
2.4
|
Cina
|
5,574
|
6,265
|
6,992
|
7,594
|
9.5
|
7.8
|
7.7
|
7.4
|
Indonesia
|
3,648
|
3,701
|
3,624
|
3,492
|
6.2
|
6.0
|
5.6
|
5.0
|
Mengamati
PDB per kapita segera tampak bahwa Indonesia masih memiliki perjalanan panjang
ke depan dibandingkan dengan negara-negara yang lebih berkembang. Bahkan,
Indonesia memiliki salah satu PDB per kapita terendah dibandingkan negara mana
pun di dunia. Melalui sejumlah rencana pembangunan Pemerintah, Pemerintah
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan angka ini menjadi sekitar 14.250-15.500
dollar AS pada tahun 2025. Namun, tetap diragukan apakah target ambisius ini
akan dapat direalisasikan, apalagi - seperti yang disebutkan di atas -
indikator ini tidak merefleksikan distribusi (setara) dari pendapatan atau
kekayaan dalam masyarakat Indonesia. Dibutuhkan kebijakan Pemerintah yang
efektif untuk menyediakan lebih banyak pendidikan untuk anak-anak Indonesia dan
lebih banyak kesempatan kerja untuk orang-orang dewasa Indonesia.
Di beberapa
tahun terakhir, aset-aset negara berkembang telah menjadi kesayangan para
investor (karena dollar AS murah dan aset-aset negara berkembang memiliki yield
yang lebih tinggi). Negara-negara berkembang memiliki potensi yang besar karena
adanya sumberdaya alam yang berlimpah, populasi yang besar dan cepat
berkembang, biaya tenaga kerja dan produksi yang murah dan, terakhir, kondisi
politik yang relatif stabil. Kendati begitu, di semester kedua tahun 2015,
proyeksi-proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang telah
berubah suram karena dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di RRT,
rendahnya harga-harga komoditi, dan nilai tukar mata uang negar-negara berkembang
yang sangat melemah karena ancaman pengetatan moneter di AS.
Juga menarik
untuk menganalisis sampai tingkatan mana beberapa ciri kebudayaan-kebudayaan
Indonesia (terutama budaya dominan Jawa) membatasi pertumbuhan PDB
(dibandingkan dengan pengaruh dari, contohnya, kebudayaan Tiongkok terhadap
pertumbuhan PDB RRT).
6.
PDB Pengeluaran
A.
Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran
konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh
rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi
sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan
jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban,
serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok
makanan dan perumahan (UN, 1993).
B.
Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi
nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan
barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi)
ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk
diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara
ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).
C.
Pembentukan
Modal Tetap Bruto
Secara garis
besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset
tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal
meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri
dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan
besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi
penjualan barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter
kepada pihak lain).
Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan
serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai
usia pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah
”bruto” mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan.
Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital)
menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi
secara normal selama satu periode.
D.
Inventori
Inventori
adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan
dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau
digunakan dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain,
yang akan digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami
proses lebih lanjut.
E.
Ekspor
- Impor
Secara umum,
konsep ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB
Penggunaan mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993. Dalam
SNA 1993, transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB
Penggunaan Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara
pelaku ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku
ekonomi luar negeri (non-resident). Transaksi ekspor barang
didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa
penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah
Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya,
impor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan
ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari
pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah
Provinsi.
7.
Peranan
Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
·
Kebijakan
Fiskal, yaitu merupakan langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam
bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah, dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian.
·
Kebijakan
Moneter, yaitu kebijakan pemerintah – yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank
Indonesia) – untuk mempengaruhi penawaran uang dalam perekonomian melalui
berbagai instrumen kebijakan moneter. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian.
·
Kebijakan
segi Penawaran, yang bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan
perusahaan-perusahaan, sehingga dapat menawarkan barang-barangnya dengan harga
lebih murah dengan mutu yang baik.
·
Kebijakan
Pendapatan, yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan, dengan melakukan
subsidi terhadap pihak yang mempunyai pendapatan rendah, dengan cara menarik
pajak dari pihak yang mampu.
8.
Peranan Sektor Industri Dalam Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Pembangunan
Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses
pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa
berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan
lain-lain akan sangat terbantu.
Suatu
masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya
pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan
perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam
menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain.
Sektor
Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan
nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun
ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan.
Peranan
Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dapat ditelusuri dari
kontribusi masing-masing subsektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
atau terhadap produk domestik bruto.
Pada
beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan
dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci
sebagai mesin pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat
besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan
nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang
diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan
kontribusi yang semakin tinggi.
Kontribusi
yang semakin tinggi dari sektor industri menyebabkan perubahan struktur
perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor
pertanian ke sektor industri.
Peranan
sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting
karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi
pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya
memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai
tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
A.
Data
Industri
Sektor
Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan
telah menempatkan industri manufaktur sebagai penghela sektor rill. Hal ini
dapat dipahami mengingat berbagai kekayaan sumber daya alam kita yang memiliki
keunggulan komparatif berupa produk primer, perlu diolah menjadi produk
industri untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Sesuai dengan
tahapan perkembangan negara kita, sudah saatnya kita melakukan pergeseran
andalan sektor ekonomi kita dari industri primer ke industri sekunder,
khususnya industri manufaktur nonmigas. Membangun sektor industri pada era
globalisasi tentu membutuhkan strategi yang tepat dan konsisten, sehingga dapat
mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing baik di pasar domestik
maupun di pasar global, yang pada gilirannya mampu mendorong tumbuhnya
perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat
dan akhirnya mengurangi kemiskinan.
Sektor
industri yang berkembang sampai saat ini ternyata masih didominasi oleh
industri padat tenaga kerja, yang biasanya memiliki mata rantai relatif pendek,
sehingga penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Akan tetapi karena
besarnya populasi unit usaha maka kontribusi terhadap perekonomian tetap besar.
Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung perkembangan sektor industri,
yaitu Badan Usaha Milik Swasta ( BUMS ), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
pengusaha kecil / menengah, serta koperasi ( PKMK ).
Mencermati
hasil pembangunan dan perkembangan industri selama 30 tahun dan juga dalam
rangka mencari jalan keluar akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, maka sasaran
pembangunan industri untuk masa 2005 sampai dengan 2009 ditetapkan sebagai
berikut :
1)
Sektor
industri manufaktur (nonmigas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata – rata 8,56
persen per tahun. Target peningkatan kapasitas utilasi khususnya subsektor yang
masih berdaya asing sekitar 80 persen.
2)
Target
penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun mendatang adalah sekitar 500 ribu per
tahun (termasuk industri pengolahan migas).
3)
Terciptanya
iklim usaha yang lebih kondusif baik bagi industri yang sudah ada maupun
investasi baru dalam bentuk tersedianya layanan umum yang baik dan bersih dari
KKN, sumber – sumber pendanaan yang terjangkau, dan kebijakan fiskal yang
menunjang.
4)
Peningkatan
pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk bahan baku
maupun produk akhir.
5)
Meningkatnya
volume ekspor produk manufaktur dalam total ekspor nasional.
6)
Meningkatnya
proses alih teknologi dari foreign direct investment (FDI)
7)
Meningkatnya
penerapan standarisasi produk industri manufaktur sebagai faktor penguat daya
saing produk nasional.
8)
Meningkatnya
penyebaran sektor industri manufaktur ke luar Pulau Jawa, terutama industri
pengolahan hasil sumber daya alam.
Dalam rangka
mewujudkan sasaran di atas, arah kebijakan bagi penciptaan iklim investasi yang
sehat dan peningkatan daya saing ekspor nasional ditetapkan sebagai berikut :
1)
Pada
tingkat makro, menjaga stabilitas ekonomi makro, mewujudkan iklim usaha dan
investasi yang sehat dan berdaya saing serta pengelolaan persaingan usaha
secara sehat.
2)
Untuk
mencapai pertumbuhan 8,56% per tahun, maka dalam lima tahun mendatang
difokuskan pada pengembangan sejumlah subsektor industri yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif.
3)
Fokus
utama ditetapkan pada beberapa subsektor industri yang memenuhi satu atau lebih
kriteria yaitu : (i) menyerap banyak tenaga kerja; (ii) memenuhi kebutuhan
dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan); (iii) mengolah
hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber–sumber daya
alam lain dalam negeri; dan (iv) memiliki potensi pengembangan ekspor. Dari ke
empat kriteria tersebut dan berdasarkan analisa keunggulan komparatif dan
kompetitif, maka prioritas dalam lima tahun ke depan adalah pada penguatan
klaster – klaster: (1) industri makanan dan minuman; (2) industri pengolah
hasil laut; (3) industri tekstil dan produk tekstil; (4) industri alas kaki;
(5) industri kelapa sawit; (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu);
(7) industri karet dan barang karet; (8) industry pulp dan kertas; (9) industri
mesin listrik dan peralatan listrik; dan (10) industri petrokimia.
4)
Untuk
10 (sepuluh) klaster industri prioritas tersebut, dirumuskan strategi dan
langkah–langkah untuk masing–masing klaster yang dituangkan dalam strategi
nasional pengembangan industri yang secara komprehensif memuat pula strategi
pengembangan subsektor industri yang terkait (related industries) dan subsektor
industri penunjang (supporting industries) dari 10 (sepuluh) klaster prioritas
tersebut yang berdimensi jangka menengahpanjang serta proses perumusannya
secara partisipatif melibatkan pihak-pihak terkait dari lingkungan pemerintah
maupun dunia usaha.
5)
Intervensi
langsung pemerintah secara fungsional dalam bentuk investasi dan layanan publik
yang diarahkan pada hal – hal di mana mekanisme pasar tidak dapat berlangsung.
Dalam upaya mencapai pertumbuhan sektor industri manufaktur yang ditargetkan
dalam RPJMN 2005 – 2009, pengembangan sektor industri manufaktur difokuskan
pada perkuatan struktur dan daya saing, yang selanjutnya dijabarkan pada
program pokok pengembangan industri manufaktur dan program penunjang.
Program
pokok pengembangan industri manufaktur, meliputi:
1. Program
pengembangan industri kecil dan menengah. Dalam hal ini, secara alami IKM
memiliki kelemahan dalam menghadapi ketidakpastian pasar, mencapai skala
ekonomi, dan memenuhi sumber daya yang diperlukan sehingga untuk mencapai
tujuan program ini, pemerintah membantu IKM dalam mengatasi permasalahan yang
muncul akibar dari kelemahan alami tersebut.
2. Program
peningkatan kemampuan teknologi industri. Hal ini mengingat, secara umum
pengelola industri nasional belum memandang kegiatan pengembangan dan penerapan
teknologi layak dilakukan karena dianggap memiliki eksternalitas yang tinggi
berjangka panjang dan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Ini dapat
ditunjukkan dari masih miskinnya industri nasional dalam kepemilikan sumber
daya teknologi.
3. Program
penataan struktur industri. Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki
struktur industri nasional, baik dalam hal penguasaan pasar maupun dalam hal
kedalaman jaringan pemasok bahan baku dan bahan pendukung, komponen, dan barang
setengah jadi bagi industri hilir.
Di samping
program pokok tersebut, Departemen Perindustrian juga mempunyai empat program
penunjang yang terdiri dari:
1. Program
pembentukan hukum, yaitu untuk menciptakan iklim yang kondusif di bidang
industri melalui penyusunan ketentuan teknis hukum dan berbagai peraturan
perundang-undangan serta yurisprudensi untuk menjamin kepastian berusaha di
sektor industri.
2. Program
pengolaan sumber daya manusia aparatur, yaitu untuk membina dan meningkatkan
kemampuan aparatur industri, sumber daya manusia yang berkompetensi, dan
mewujudkan aparatur negara yang profesional dan berkualitas dalam melaksanakan
pemerintahan umum dan pembangunan.
3. Program
peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara, yaitu penyediaan sarana dan
prasarana penunjang pembangunan guna meningkatkan keamanan, kenyamanan,
ketertiban dan kelancaran kerja serta pelayanan umum yang baik.
4. Program
peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara, yaitu program
pengawasan aparatur negara guna meningkatkan sistem pengawasan aparatur
pemerintah, peningkatan profesionalisme aparatur, terwujudnya sistem pengawasan
dan audit akuntabel.
Di Indonesia
jumlah industri pengolahan besar dan sedang pada tahun 2001 berjumlah 21,396
yang tersebar di jawa sebanyak 17.413 (81,38%) dan di luar jawa sebanyak 3,983
(18.62%). Pada tahun 2002 berjumlah 21,396 yang tersebar di pulau Jawa 17,118
(80.95%) dan di luar pulau Jawa 4,028 (19.05%). Pada tahun 2003 berjumlah
20,324 yaitu di pulau Jawa 16,607 (81.71%) dan diluar pulau Jawa 3.717 (18.29%).
Pada tahun 2004 berjumlah 20,685 yaitu di pulau Jawa berjumlah 16,901 (81.71%)
dan diluar pulau jawa 3,784 (18.29%). Dan pada tahun 2005 berjumlah 20,729
yaitu di pulau Jawa 16,995 (81.99%) dan di luar pulau Jawa 3,734 (18.01%). Jika
dilihat dari tahun 2001 sampai tahun 2005 jumlah industri di pulau Jawa masih
dominan, sedangkan jumlah industri di luar pulau Jawa dari tahun 2001 sampai
tahun 2005 jumlahnya kurang dari 20%. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia
terjadi ketidak merataan di sektor industri. Sektor industry di Indonesia masih
terkonsentrasi di pulau Jawa.
Indeks
produksi industri besar dan sedang pada tahun 2003 sampai 2009. Pada tahun 2003
indeks produksi industri sebesar 113.56, pada tahun 2004 sebesar 117.34, pada
tahun 2005 sebesar 118.85, pada tahun 2006 sebesar 116.92, pada tahun 2007
sebesar 123.44, pada tahun 2008 sebesar 127.15, dan pada tahun 2009 sebesar
129.00. Indeks produksi industri dari tahun ketahun mengalami kenaikan dan
penurunan.
Pertumbuhan
indeks produksi industri besar dan sedang pada tahun 2003 sampai tahun 2009.
Pada tahun 2003 indeks produksi industri sebesar 5.46, pada tahun 2004 sebesar
3.33, pada tahun 2005 sebesar 1.29,
pada tahun
2006 sebesar -1.63, pada tahun 2007 sebesar 5.57, dan pada tahun 2008 sebesar
3.01, serta pada tahun 2009 sebesar 1.45. Sama halnya dengan indeks produksi,
pertumbuhan indeks produksi ini juga
mengalami naik turun dari tahun 2003 sampai tahun 2009.
B.
Data
nilai tambah
Tolok ukur
peranan industri dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian antara
lain sumbangan sektor industri terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap
di sektor industri dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan
jasa.
Nilai tambah
sektor industri pada tahun 2001 sampai tahun 2008. Pada tahun 2001 jumlah nilai
tambah adalah sebesar 266,564 juta rupiah, pada tahun 2002 sebesar 309,959 juta
rupiah, pada tahun 2003 sebesar 326,784 juta rupiah, pada tahun 2004 sebesar
358,910 juta rupiah, pada tahun 2005 sebesar 396,438 juta rupiah, pada tahun
2006 sebesar 514,343 juta rupiah, pada tahun 2007 sebesar 598,400 juta rupiah,
dan pada tahun 2008 sebesar 713,907 juta rupiah. Nilai tambah dari tahun 2001
sampai 2008 terus mengalami kenaikan.
C.
Data
PDB
Menurut
kriteria UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization), negara
dengan kontribusi sektor industri terhadap PDB kurang dari 10% disebut negara
non industri, negara dengan kontribusi sebesar 10-20% termasuk dalam kelompok
negara dalam proses industrialisasi, negara dengan kontribusi sebesar 20-30%
termasuk kelompok negara semi industri, sedangkan kelompok negara industri
memiliki kontribusi lebih dari 30% (Lincolin Arsyad, 1999).
Produk
domestik bruto (PDB) atas dasar harga
konstan 2000 menurut lapangan usaha pada tahun 2005 sampai 2009.pada tahun 2005
jumlah PDB sebesar 1,750,815.2 milyar dan jumlah PDB non migasnya sebesar 1,605,261.8 milyar. Pada
tahun 2006 jumlah PDB sebesar 1,847,126.7 milyar dan jumlah PDB non migasnya
sebesar 1,703,422.4 milyar. Pada tahun 2007 jumlah PDB sebesar 1,964,327.3
milyar dan jumlah PDB non migasnya sebesar 1,821,757.7 milyar. Pada tahun 2008
jumlah PDB sebesar 2,082,315.9 milyar dan jumlah PDB non migasnya sebesar
1,939,482.9 milyar. Pada tahun 2009 jumlah PDB sebesar 2,176,975.5 milyar
dan PDB non migas sebesar 2,035,125.1
milyar. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun
2009 jumlah PDB baik yang migas maupun yang non migas mengalami kenaikan dari
tahun ketahun. Dalam PDB ini industri pengolahan mempunyai kontribusi sebesar
491,561.4 milyar (30,6%) pada tahun 2005, pada tahun 2006 sebesar 514,100.3
milyar (30,2%), pada tahun 2007 sebesar 538,084.6 milyar (29,5%), pada tahun
2008 sebesar 557,764.4 milyar (28,8%), dan 569,550.8 milyar (27,99%) pada tahun
2009. Sama dengan PDB, industri pengolahan juga mengalami kenaikan dari tahun
2005 sampai tahun 2009. Dari data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa
kontribusi industri terhadap PDB terus menurun dari tahun 2005 sampai 2009.
Negara kita termasuk dalam kelompok negara semi industri.
Tetapi laju
pertumbuhannya baik PDB migas maupun non migasnya dari tahun 2008 sampai tahun
2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan PDB sebesar 6.01%
dan PBD non migasnya sebesar 6.46%. Dan pada tahun 2009 laju pertumbuhan PDB
sebesar 4.55% dan PDB non migasnya sebesar 4.93%. Laju pertumbuhan industri
pengolahan juga mengalami penurunan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2208 laju pertumbuhan industri pengolahan tumbuh sebesar
3.66% dan pada tahun 2009 laju pertumbuhan industri pengolahan mengalami
penurunan menjadi sebesar 2.11%. Laju pertumbuhan industri pegolahan
(manufacturing) yang ditargetkan kurang lebih 8,56% selama kurun waktu 5 tahun,
yaitu dari tahun 2005 sampai 2009 tidak sesuai dengan harapan. Menurunnya
pertumbuhan beberapa cabang industri tersebut disebabkan berbagai permasalahan
seperti: berkurangnya pasokan bahan baku hasil hutan, meningkatnya harga energi,
beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk
industri makanan dan minuman yang sempat meresahkan masyarakat, dsb.
Produktivitas
tenaga kerja pada 2001 sampai 2005 dalam sektor industri. Produktivitas tenaga
kerja pada tahun 2001 sebesar 164.12 juta rupiah, pada tahun 2002 sebesar
202.18 juta rupiah, pada tahun 2003 sebesar 196.26 juta rupiah, pada tahun 2004
ebesar 227.97 juta rupiah, dan pada tahun 2005 sebesar 257.58 juta rupiah.
Produktivitas tenaga kerja yang paling rendah pada tahun 2001 sampai tahun 2004
adalah subsektor peralatan kantor, akuntasi, dan pengolahan data, tetapi pada
tahun 2005 sudah mengalami peningkatan yang sangat besar. Tidak jauh berbeda
dengan indeks produksi, produktivitas tenaga kerja ini juga mengalami naik
turun.
9. Peranan Sektor Pertanian dan
Perternakan
Indonesia
merupakan negara agraris, sehingga sebagian besar rakyat indonesia bermata
pencarian sebagai petani dan peternak. Adapun kontribusi sektor pertanian dan
peternakan terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia
Sektor ini mencakup sub sector tanaman, bahan makanan, tanaman perkebunan,
peternakan, kehutanan dan periakanan. Sampai dengan tahun 2003 ini sector
pertanian masih merupakan andalan dalam membentuk perekonomian Jombang,
sekalipun peranannya cenderung mengecil. Pada tahun 2000 sektor pertanian
memberi kontribusi sebesar 42,05% dan pada tahun 2003 mengecil lagi menjadi
38,16%. Subsektor terbesar dalam membentuk PDRB sector pertanian adalah sub
sector bahan makanan dengan memberikan peran sebesar 27,83% (tahun 2003)
terhadap PDRB. Sedangkan subsektor lainnya seperti tanaman perkebunan,
peternakan kehutanan dan perikanan masing-masing memberikan peran sebesar
3,89%, 5,541%, 0,62%, dan 0,40%.
A.
Pandangan positif pada sektor pertanian dan
peternakan.
·
Kontribusi
Produk
Pertanian
dan peternakan sangat berperan dalam kehidupan manusia terutama warga Indonesia
yang kebutuhan pangannya didominasi dengan bidang pertanian dan peternakan
seperti beras, sayuran, buah, daging, susu, kulit dan lain sebagainya.
Pertanian juga berperan sebagai penyuplai bahan baku yang nantinya akan diolah
oleh industri manufaktur.
·
Kontribusi
Pasar
Dengan
adanya pertanian dan peternakan dapat dibentuk sebuah sistem pasar bebas yang
di dalamnya terjadi berbagai pertukaran kebutuhan pokok dengan uang. Dalam
kondisi ini Pemerintah juga ikut serta dalam penetapan harga – harga yang
terjadi di pasar bebas.
·
Kontribusi
devisa
Pertanian
dan peternakan mampu memberikan devisa kepada negara apabila pertanian dan
peternakan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing
produk pertanian ataupun peternakan. Hal ini harus dilakukan agar para petani
dan peternak Indonesia mampu meningkatkan ekpor dan mengurangi impor. Dalam
proses perubahan ini, pemerintah harus ikut seta membantu para petani dengan
cara menyediakan lahan yang di gunakan para petani, memberi pelatihan dasar,
memberikan subsidi mesin – mesin dan bibit unggul, serta menghimbau masyarakat
untuk menggunakan produk pertanian dan peternakan dalam negeri. Hal tersebut
bermanfaat untuk mengurangi impor dan menambah ekspor.
B.
Pandangan negatif pada sektor pertanian dan
peternakan
·
Perubahan
Iklim
Dengan
perubahan iklim kemarau para petani sangat membutuhkan pasokan air untuk
mengirigrasi daerahnya, maka oleh karena itu harus ditemukan sebuah inovasi
untuk menangani masalah tersebut.
·
Lahan
Pertanian
Dewasa ini
lahan pertanian di Indonesia sudah semakin berkurang, hal itu disebabkan karena
adanya pembangunan gedung – gedung dan sebagainnya. Dalam menanggapi hal ini
sebaiknya pemerintah menetapkan undang – undang pengkhususan lahan pertanian.
·
Kualiatas
SDM rendah
Petani di
Indonesia pada umumnya masih tradisional, belum menggunakan mesin – mesin
pembantu yang dialakukan seperti negara –negara maju lainnya, hal inilah yang
menyebabkan output pertanian belum bisa menyaingi hasil output dari luar
negeri.
·
Rendahnya
penggunaan Teknologi
Langkah –
langkah yang dapat di lakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan
bidang pertanian dan peternakan antara lain melakukan penyediaan berbagai
sarana pendukung sektor pertanian dan peternakan untuk membuka lahan baru
sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan
sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan
produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah
insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian.
Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang
akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
10.
Sektor Pertambangan dan Galian
Indonesia
memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Indonesia dapat menjadi negara
maju apabila memiliki sumber daya manusia yang unggul dalam menangani masalah
sumber daya alam. Banyak pertambangan di Indonesia dimiliki oleh perusahaan
asing sehingga kurang membantu untuk sebagai penambahan devisa ekonomi negara.
Peran industri pertambangan semakin penting bagi perekonomian negara-negara di
dunia termasuk di Indonesia. Dewan Internasional Pertambangan dan Mineral
(ICMM) melaporkan baru-baru ini melaporkan bahwa pada 2010 nilai nominal
produksi mineral dunia meningkat empat kali dibanding tahun 2002 senilai $474
miliar. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan yang tinggi
dalam perekonomian China, India dan kekuatan ekonomi berkembang lainnya.
Ada 20 negara
dengan nilai produksi pertambangan terbesar di dunia yang menguasai 88%
produksi mineral dunia dan Indonesia duduk pada urutan ke-11 dengan nilai
produksi mineral $12,22 miliar. Posisi 5 teratas adalah Australia ($71,95 M),
China ($69,28 M), Brasil ($47,02 M), Chile ($31,27 M), dan Rusia ($28,68 M).
Indonesia dengan
nilai produksi mineral $12,22 miliar atau setara dengan Rp109,98 triliun
menyumbang 10,6% dari total ekspor barang pada 2010.
Ada 40 negara
yang tergantung kepada ekspor non-migas lebih dari 25% ekspor barang negara
tersebut. Tiga perempat dari 40 negara tersebut merupakan negara berpenghasilan
menengah dan rendah. Banyak dari 40 negara ini memiliki Indeks Pembangunan
Manusia yang rendah. Di banyak negara dengan sektor pertambangan seperti Chile,
Ghana dan Brasil, pertambangan telah banyak berperan besar dalam pengentasan kemiskinan
dan kinerja pembangunan sosial dibanding negara-negara tanpa sektor
pertambangan.
Laporan ini
menegaskan pandangan bahwa produksi dan penciptaan pendapatan merupakan
kekuatan utama dalam pengentasan kemiskinan di mana industri pertambangan
memiliki peran penting yang semakin meningkat. Realitas ini telah dipahami dan
dicerminkan dalam agenda beberapa perusahaan pertambangan dunia yang
bertanggung jawab, namun belum dipahami secara konsisten oleh pemerintah,
perusahaan, masyarakat madani dan pemangku kepentingan lain di negara-negara
yang memiliki investasi pertambangan yang besar.
ICMM bekerjasama
dengan perusahaan konsultan Oxford Policy Management telah melakukan studi
kasus di 10 negara untuk mengetahui kontribusi pertambangan terhadap ekonomi
makro negara-negara tersebut. Fokus kajian ini adalah melihat kontribusi
pertambangan terhadap investasi langsung asing (FDI), investasi dalam negeri,
ekspor, penerimaan devisa, pendapatan negara, produk domestik bruto, serta
lapangan kerja dan upah.
Hasilnya beragam.
Dalam aspek investasi langsung asing, kontribusi pertambangan sangat tinggi,
lebih dari setengah dari total FDI tahunan. Pertambangan memberikan kontribusi
besar bagi investasi dalam negeri. Pertambangan juga berkontribusi besar bagi
ekspor sampai 78% di Tanzania, 66% di Chile dan 19% di Brazil. Pertambangan
juga mendatangkan banyak devisa bagi negara terutama pada masa operasi.
Penerimaan negara dari pertambangan berbeda-beda di masing-masing negara. Di
Tanzania, pertambangan menyumbangkan 8% dari keseluruhan penerimaan negara.
Sumbangan pertambangan bagi produk domestik bruto sekitar 2 – 4%. Lapangan
kerja baru langsung yang tercipta dari pertambangan sekitar 1,5% namun dengan
tingkat upah yang lebih tinggi dari rata-rata. Namun penciptaan tenaga kerja
tidak langsung (multiplier effect) melalui rantai pasokan, pemasok dll mencapai
3 – 4 orang untuk setiap tenaga kerja langsung.
Bila dilihat dari
pertumbuhannya, sector ini setiap tahun terus mengalami pertumbuhan yang
negative. Pada tahun 2000 sektor pertambangan dan penggalian mengalami
pertumbuhan sebesar 1,24 persen, namun pada tahun 2001 sampai dengan 2003
mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar -4,46 persen; -8,06 persen dan
-9,90 persen.
A.
Pandangan positif
·
Membuka
lapangan pekerjaan untuk warga Indonesia.
·
Meningkatkan
pendapatan negara.
·
Menambah
para penambang dan peneliti yang datang ke indonesia, karena banyak
ditemukannya material – material pertambangan.
·
Membuka
lahan investasi yang nantinya akan dijadikan sebagai pendapatan negara.
B.
Pandangan Negatif
·
Ekploitasi
yang berlebihan dapat merusak kesimbangan ekosistem lingkungan.
·
Menyisakan
ampas – ampas pertambangan yang akan mencemari alam.
·
Ketidakmampuan
Pemerintah dalam menyikapi perusahaan asing yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Seharusnya pemerintah mempunyai batasan quota yang tegas kepada
perusahaan asing agar tidak merugikan penduduk Indonesia.
C.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah beserta
warganya
·
Pemerintah
memberikan batasan kepada para penambang dalam mengeksploisasi agar sumber daya
alam tidak cepat habis.
·
Mencari
cara agar hasil tambang yang ada di Indonesia dapat digunakan seminim mungkin.
11.
Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restauran
Seperti yang
kita lihat sekarang, di setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki hotel dan
retoran atau rumah makan. Dan tidak dapat di ragukan lagi, sebagian besar yang
mempengaruhi perekonomian di Indonesia adalah kegiatan perdagangan, namun tingkat konsumsi di Indonesia juga cukup
besar.
A.
Pandangan
positif terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran.
·
Membuka
lapangan kerja baru bagi warga Indonesia.
·
Meningkatkan
kerjasama terhadap warga asing untuk penambahan pelatihan kemampuan di bidang
tersebut.
·
Menambah
pendapatan nasional Negara
·
Menciptakan
bibit – bibit uggul dalam inovasi-inovasi terbaru di bidang hotel dan restoran
maupun perdagangan.
B.
Pandangan
negatif terhadap sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
·
Karena
kurangnya pemikkirann dan perhitungan yang matang sehingga banyak usaha
perdagangan, hotel maupun restoran negeri kalah saing dengan usaha asing yang
di tanamkan di Indonesia.
C.
Upaya
yang dapat dilakukan pemerintah dan perusahaan
·
Membutuhkan
keahlian khusus dalam pengembangan kemampuan di bidang tersebut.
·
Mampu
melihat peluang – peluang yang ada sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman.
·
Mempersiapkan
sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan
tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga
kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri
pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana
utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.
·
Pemerintah
berperan dalam mempromosikan sektor – sektor yang ada di dalam negeri, sehingga
para konsumen lebih memilih usaha di dalam negeri.
12.
Sektor
Transportasi dan Komunikasi
Pemerintah
tetap optimistis sektor komunikasi dan transportasi dapat menjadi penyumbang
pertumbuhan tertinggi tahun depan, meskipun pertumbuhan sektor komunikasi
diperkirakan mengalami kejenuhan. Bambang PS Brodjonegoro, Kepala Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan tahun depan tren komunikasi
turun, tetapi transportasi tetap tinggi sehingga pertumbuhannya bisa 12,1%.
Menurutnya,
tanda-tanda jenuhnya pertumbuhan sektor komunikasi terlihat dari kinerja
perusahaan telekomunikasi yang jalan di tempat tahun ini. Sektor tersebut
dinilai sulit berkembang tahun depan karena belum terlihat berbagai inovasi
yang dilakukan, sehingga akan berdampak pada pertumbuhannya.
Sektor yang
mungkin akan memberikan dampak cukup baik terhadap pertumbuhan ekonomi tahun
depan adalah transportasi. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya pertumbuhan
sektor jasa angkutan udara, darat, dan laut yang terkait dengan arus distribusi
barang antarwilayah.
Pemerintah melihat
kedua sektor tersebut masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berjalan seiringan. Kedua kontribusi tersebut mengalahkan sumbangan sektor
manufaktur yang diperkirakan dapat tumbuh 6,5% tahun depan dan sektor pertanian
yang diperkirakan tumbuh 3,7%. Untuk mencapai target pertumbuhan 6,8% tahun
depan, pemerintah harus mampu meningkatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga
sebesar 4,9%, konsumsi pemerintah sebesar 6,7%, Penanaman Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 11,9%, dan ekspor neto 5,2%.
Dari
pertumbuhan tersebut konsumsi harus berkontribusi 2,71%, konsumsi pemerintah
0,55%, PMTB 3,03%, dan ekspor neto 0,55%. Sektor yang terus diupayakan agar
mencapai target pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang harus mencapai target
Rp 390 triliun tahun depan.
Seiring
dengan perkembangan zaman, komunikasi dan informasi menjadi faktor utama
perluasan globalisasi. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya dibentuk perusahaan
di bidang komunikasi. Indonesiapun banyak mengahasilkan perusahaan – perusahaan
di bidang komunikasi, seperti telepon, program televisi, iklan ataupun
internet.
A.
Pandangan
positif terhadap perusahaan komunikasi
·
Menjadikan
Indonesia sebagai negara global dengan mengetahui informasi-informasi dari
luar.
·
Meningkatkan
kualitas intelegensi sumber daya manusia di bidang IPTEK.
·
Membuka
lapangan pekerja untuk mengurangi pengangguran.
·
Menciptakan
persaingan yang berunsur pengetahuan dan teknolgi.
·
Semakin
mudah mencari informasi – informasi yang tersebar di pelosok dunia.
·
Menambah
pendapatan negara.
B.
Pandangan
Negatif terhadap perusahaan komunikasi.
·
Banyak
orang yang menggunakan informasi untuk sesuatu yang merugikan orang lain,
seperti penipuan, pembobolan data dan lain-lain.
·
Banyak
informasi yang tidak bermoral yang tersebar, namun perusahaan komunikasi tidak
menyaring informasi – informasi tersebut.
13.
Sektor Jasa
Tidak hanya
barang yang dapat diperdagangkan namun jasa atau kemampuan pun dapat diperjual
belikan misalnya seperti, perusahaan asuransi, travel, akuntan publik, guru,
dan masih banyak lagi.
A.
Pandangan
positif terhadap sektor jasa
·
Mampu
meningkatkan kulitas SDM Indonesia.
·
Banyaknya
usaha – usaha di bidang jasa sehingga membuka lapangan pekerjaan.
·
Mempermudah
kegiatan manusia
·
Menambah
pendapatan Negara
·
Banyak
membutuhkan tenaga kerja manusia sehingga mengurangi pengangguran.
B.
Pandangan
negatif terhadap sektor jasa :
·
Manusia
menjadi saling bersaing melakukan segala cara untuk mendapat posisi terbaik.
·
Membuat
manusia malas berusaha karena adanya kemudahan yang diberikan oleh peusahaan
jasa.
14.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih yang merupakan sector penunjang seluruh kegiatan
ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas seluruh sector
kegiatan industri, ternyata perkembangannya cukup pesat. Hampir seluruh
kegiatan di sector listrik dan air bersih dimonopoli oleh pemerintah, sehingga
sector ini bisa bebas dari persaingan bisnis apapun.
Pada tahun
2003 sektor Listrik, Gas dan Air bersih tumbuh sebesar 6,33 persen. Sumbangan
sector Listrik, Gas dan Air bersih terhadap perekonomian tidak terlalu besar
dan hanya menduduki posisi ketujuh, namun dengan perkembangan yang cukup pesat
paling tidak masih mapu mendongkrak pertumbuhan ekonomi keseluruhan
Subsektor
listrik yang memberikan peran terbesar belakangan ini perkembangannya cukup
menggembirakan. Sekalipun gebrakan kenaikan tarip bertubi-tubi, namun kebutuhan
akan energi tetap meningkat. Pada tahun 2002 lalu subsektor listrik tumbuh
sebesar 4,45 persen, sedangkan pada tahun 2003 tumbuh menjadi 6,22 persen.
Demikian juga halnya dengan subsektor air bersih yang memberikan sumbangan
kedua terbesar dalam membentuk PDRB sector listrik, Gas dan Air Bersih. Pada
tahun 2000 subsektro ini tumbuh sebesar 6,42 persen, tahun 2001 tumbuh sebesar
7,52 persen, tahun 2002 tumbuh sebesar 8,91 persen dan pada tahun 2003 tumbuh
sebesar 10,80 persen.
15.
Sektor Konstruksi
Hadirnya
perusahaan-perusahaan industri pengolahan yang bakal beroperasi di Tuban
membawa pengaruh positif pada sektor konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Tuban mencatat, sektor ini mengalami lonjakan pertumbuhan lumayan menjanjikan
setahun terakhir. “ Prosentase pertumbuhannya mencapai 15,64 persen. Meningkat
jauh dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 8,24 persen,” jelas Bambang
Indarto, Kasi Statistik Sosial BPS Kabupaten Tuban, Rabo (12/12). Tahun-tahun
sebelumnya, lanjut Bambang Indarto, laju pertumbuhan sektor konstruksi selalu
fluktuatif. Pada 2007 pertumbuhannya tercatat hanya sampai 5,79 %. Tahun
berikutnya ada peningkatan sedikit menjadi 6,62 %, namun di tahun 2009,
prosentase pertumbuhan sektor ini kembali menurun menjadi 5,41 %.
Tren positif
mulai tampak memasuki tahun 2010. Di tahun tersebut sektor kontruksi mengalami
kenaikan sebesar 8,24 % dan melonjak pesat tahun berikutnya hingga mencapai
15,64 %. Pada 2010, tercatat sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar Rp
86.513.410.000 atau 0,45 % dari total PDRB berdasar harga berlaku (IDHB). Tahun
berikutnya sektor ini menyumbang Rp 110.689.580.000 atau 0,52 % pada PDRB IDHB.
16.
Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
Pada rilis
PDB Indonesia kemarin (5/2), salah satu sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan tertinggi adalah sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan.
Sektor ini mencatat pertumbuhan 7.56% di tahun 2013, cukup jauh diatas
sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan ini menandai meningkatnya peran sektor
tersebut dalam perekonomian Indonesia saat ini.
Pada Oktober
2013, New York Times telah membahas mengenai kebangkitan real estate di
Indonesia. Harga sewa real estate grade B telah meningkat dua kali lipat dalam
tiga tahun terakhir, dan untuk grade A bahkan sudah hampir tiga kali lipatnya.
Pembangunan gedung dan perumahan baru, khususnya perumahan kelas menengah
keatas, juga terus meluas seiring pertumbuhan pesat golongan ekonomi menengah.
Perkembangan
real estate ini cukup impresif, mengingat banyaknya isu dan pro-kontra di
sektor ini. Pertama adalah regulasi Bank Indonesia. Sejak krisis 97/98, Bank
Indonesia telah menetapkan aturan yang tergolong ketat di bidang kredit
perumahan. Ini diperkuat lagi oleh kebijakan Loan to Value (LTV) yang dirilis
September 2013 lalu. Kebijakan tersebut melarang kredit pada uang muka dan
membatasi kredit yang bisa diberikan untuk rumah kedua. Regulasi tersebut
membuat penyaluran kredit rumah melambat di kuartal keempat tahun 2013.
Isu kedua di
real estate adalah dilema perumahan versus tanah pertanian dan pelestarian
lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan real estate, oposisi pun makin vokal
menyerukan pengetatan pemberian ijin pembangunan bangunan baru. Gubernur
Jakarta, Joko Widodo(pada masa jabatannya), bahkan telah membatasi pemberian izin pembangunan gedung
tinggi dan pusat perbelanjaan.
Dengan
beraneka isu tersebut, sektor properti Indonesia tahun 2014 kemungkinan akan
mengalami pertumbuhan yang beragam. Real estate di pulau Jawa nampaknya telah
mengalami kejenuhan di sisi suplai. Namun demikian, perkembangan golongan
ekonomi menengah akan mendorong demand di sektor ini, khususnya untuk
apartemen. Sedangkan di luar Jawa, kebutuhan perumahan masih jauh dari
terpenuhi, dan ini merupakan kesempatan bagi para pengembang.
Dari bidang
Keuangan, salah satu kontributor utama tak terelakkan lagi adalah Perbankan
Syariah. Apabila dibandingkan dengan Bank Umum non-syariah, pertumbuhan Bank
Syariah tercatat lebih pesat, namun pangsa pasarnya masih rendah. Hingga 2013,
pangsa pasar Bank Syariah di Indonesia hanya 4,88% dari total pasar perbankan.
Angka ini merefleksikan penetrasi pasar yang melambat, mengingat pangsa pasar
di tahun 2012 adalah 4,58%, dan di tahun 2011 sebesar 3,98%.
Perbankan
syariah telah eksis di Indonesia sejak 1993; ini berarti pangsa pasar bertahan
dibawah 5% selama hampir dua dekade. Ada dua isu utama yang masih menghambat
penetrasi pasar Bank Syariah hingga kini. Pertama adalah karena faktor religiusitas
masih menjadi faktor utama masyarakat menggunakan jasa perbankan syariah,
sedangkan edukasi tentang produk dan keunikan perbankan syariah itu sendiri
masih sangat kurang. Kedua, modal perbankan syariah masih terbatas, dan ini
menjadi hambatan utama bagi bank syariah yang ingin melakukan ekspansi ataupun
memperbanyak jaringan kantor. Terlepas dari berbagai masalah tersebut,
pemerintah terus optimis bahwa Perbankan Syariah di Indonesia akan terus
berkembang pesat. Bank Indonesia (BI) mengharapkan pangsa pasar akan mencapai
5,25-6,25% pada akhir tahun 2014.
Referensi:
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
·
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253
·
Arsyad,
Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.
·
BPS.
2010. Industri http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_
subyek=09¬ab
·
BPS.
2010. Produk Domestik Bruto, (Online),
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&
daftar=1&id_subyek=11¬ab di akses tanggal 26 April 2010).
·
Dumairy.
1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta:Erlangga.
·
Kina.
2008. Peranan Industri dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, (Online),
(http:\\www.depperin.go.id/ diakses tanggal 29 april 2010).
·
Napitupulu,
Edward. 2007. Pertanian Indonesia dalam Dominasi Politik Global. (Online),
(http:\\www.ekonomirakyat.or
·
https://sanwindayani.wordpress.com/2014/04/04/sektor-sektor-perekonomian-indonesia/
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut